Jakarta – Tanpa disadari, gaya berkendara kebanyakan pengemudi di kota-kota besar adalah stop and go. Itu karena mereka setiap hari acap kali bertemu dengan jalanan yang padat dan macet.

Dalam kondisi seperti itu, maka sistem pengereman dan pendukungnya tentunya jadi salah satu yang sangat penting untuk diperhatikan. Jangan sampai berurusan dengan pengemudi lain atau bahkan dengan aparat yang berwenang gara-gara pengereman enggak bekerja maksimal saat berkendara.

Untuk yang model cakram, kampas rem dan kaliper plus jerohannya, jangan lupa juga intip minyak rem didalam wadahnya. “Kalau sudah menempuh jarak 10-20 ribu km, sebaiknya minyak rem diganti,” kata Billy Wibisono, Automotive Product Manager PT Dirgaputra Ekapratama distributor minyak rem MK.

Bila memang lupa kapan terakhir ganti minyak rem, ada cara lain yang bisa jadi penanda. Paling tidak saat melakukan penggantian kampas rem, minyaknya ikutan diganti.Jangan anggap enteng urusan ganti minyak rem, itu karena umur pakai yang bertambah membuat titik didihnya mengalami penurunan. Kalau sudah seperti ini, akan memunculkan kandungan air dalam minyak rem.

Semakin turunnya titik didih karena lamanya pemakaian, maka semakin banyak kandungan air yang ada didalam minyak rem. Selain akan menimbulkan karat pada bagian seperti piston di kaliper, kandungan air tersebut juga membentuk gelembung udara dan bisa bikin performa pengereman menurun (rem blong).

Titik didih di minyak rem diwakili dengan tulisan DOT. Jadi kalau dikemasan minyak rem ada tulisan DOT 3, itu artinya titik didih dari minyak rem tersebut minimal 205 C dan bila angka DOT semakin tinggi maka tinggi pula titik didihnya. “Untuk kendaraan yang dipakai sehari-hari, cukup pakai minyak rem yang DOT 3,” ujar Billy.
Kendaraan yang diproduksi pabrikan Jepang, kebanyakan pakai yang DOT 3. Ada beberapa kendaraan yang diproduksi oleh pabrikan Eropa, standar minyak remnya sudah pakai DOT 4. (ADV)